Kamis, 19 Februari 2009

Mausoleum di Halicarnassus


Mausoleum di Halicarnassus

Pada saat bangsa Persia memperluas kerajaan meliputi Mesopotamia, India utara, Siria, Mesir dan Asia Kecil, raja memerlukan bantuan pemimpin lokal untuk memerintah yang dikenal dengan sebutan Satrap. Kerajaan Caria dipimpin oleh satrap yang bernama Mausollos dari tahun 477 sampai 353 sebelum Masehi. Proyek ini dilakukan oleh istri sekaligus adiknya, Artemisia yang memanggil beberapa pematung terkenal seperti Scopas yang mengawasi pembangunan kuil Artemis, Bryaxis, Leochares dan Timotheus. Proyek ini selesai tahun 350 sebelum Masehi, 3 tahun setelah meninggalnya Mausollos dan setahun setelah Artemisia.
Bangunannya berbentuk persegi dengan alas berukuran 120 kaki (40 m) dengan 100 kaki (30 m). Lapisan fondasinya merupakan podium bertangga yang sisinya dihiasi dengan patung. Kamar makam dan peti batu dari batu pualam putih yang berhiaskan emas terletak di tengah podium yang dikelilingi pilar Ionik berjumlah 36 buah. Pilar-pilar yang satu sama lainnya diselingi patung-patung ini menyangga atap berupa piramida tingkat yang ujungnya dihiasi patung kereta yang ditarik empat kuda dikendarai oleh Mausollos dan istrinya, Artemisia.
Tinggi keseluruhannya 140 kaki (45 m) yang terdiri dari 60 kaki untuk podium bertangga, 38 kaki untuk pilar, 22 kaki untuk piramida, dan 20 kaki untuk patung kereta kuda. Keindahan Mausoleum tidak hanya pada strukturnya tetapi juga dekorasi dan patung-patungnya yang menghiasi sisi luar pada tiap tingkat podium dan atapnya. Terdapat patung singa, manusia, kuda dan binatang lain sampai seukuran lebih besar dari manusia.
Selama 16 abad, Mausoleum tetap berada dalam kondisi baik sampai beberapa gempa bumi meruntuhkan pilar dan keempat kuda kereta batu jatuh ke tanah. Sekitar tahun 1404, hanya dasar dari Mausoleum yang masih dikenali. Pada awal abad 15, Knight of St John dari Malta menyerang daerah tersebut dan mendirikan kastil yang sangat besar. Ketika mereka membentenginya tahun 1494, mereka menggunakan batu dari Mausoleum. Pada tahun 1522, hampir semua blok dari Mausoleum diruntuhkan dan digunakan untuk pembangunan benteng. Sejak abad 19 dilakukan penggalian oleh Charles Thomas Newton untuk menemukan gambaran bentuk dari Mausoleum.
Saat ini kastil besar itu masih berdiri di Bodrum, nama sekarang untuk Halicarnassus. Batu polesan dan blok marmer dari Mausoelum masih dapat terlihat pada dinding bentengnya. Beberapa pahatan yang masih dapat diselamatkan masih tersimpan di British Museum di London.

ColOS$u5 D! RhOD35






Colossus di Rhodes


Berdasarkan sejarahnya, Yunani kuno terdiri dari polis yang memiliki peran dan kekuatan yang terbatas. Di pulau Rhodes, terdapat tiga polis yaitu Ialysos, Kamiros dan Lindos. Pada tahun 408 sebelum Masehi, mereka menyatukan diri dengan beribukota Rhodes. Kota bekas kekuasaan Alexander Agung tersebut sukses menjadi kota yang kaya dan memiliki ikatan yang kuat dengan sekutunya, Ptolemy I Soter, penguasa Mesir, salah satu pemimpin pengganti Alexander.
Tahun 305 sebelum Masehi, Antigous dari Makedonia yang juga lawan Ptolemy mengepung Rhodes dengan kekuatan 40000 tentara ditambah dengan bajak laut Aegea. Setelah pengepungan mengalami kegagalan dan perjanjian damai disepakati setahun kemudian, Antigous menarik pasukannya sambil meninggalkan kekayaan berupa perlengkapan perangnya. Untuk merayakannya, rakyat Rhodes menjual seluruhnya dan menggunakan uangnya untuk mendirikan patung yang amat besar di pelabuhan Mandraki bagi dewa matahari mereka, Helios.
Banyak yang menyangka Colossus didirikan dengan satu kaki berada pada sisi pelabuhan Mandraki dengan kaki lain berada pada sisi lainnya seperti gambar di atas. Sesungguhnya,dengan tinggi patung yang tidak sebandinng dengan lebar mulut pelabuhan, gambaran tersebut adalah mustahil. Selain itu, pembangunannya akan mengganggu lalu lintas pelabuhan dan kerubuhan patung itu kemudian akan menutup jalur pelabuhan. Pengkajian lebih lanjut memberikan gambaran bahwa patung tersebut didirikan beberapa puluh meter dari sisi timur tanjung pelabuhan Mandraki atau lebih jauh lagi.
Proyek tersebut dikoordinasi oleh pemahat Chares dari Lindos. Untuk mendirikan patung, perkerja-pekerjanya membuat kulit perunggu bagian luar. Fondasinya, kaki dan pergelangan kakinya yang terbuat dari marmer putih ditempatkan dahulu. Selanjutnya patung sedikit demi sedikit ditegakkan saat permukaan perunggu diperkuat dengan lapisan besi dan batu. Pada saat Collosus selesai dibuat, ia berdiri tegak setinggi 110 kaki (33 m). Pengerjaannya sendiri memakan waktu 12 tahun dan selesai pada tahun 282 sebelum Masehi. Setelah 56 tahun berdiri, pada tahun 226 sebelum Masehi terjadi gempa bumi yang mematahkan lutut patung tersebut. Tawaran langsung Ptolemy III Eurgetes untuk memperbaiki patung ditolak oleh penduduk Rhodes setelah Orakel melarangnya dengan mengatakan bahwa Helios sendiri yang mengirim gempa tersebut.
Sampai hampir 10 abad lamanya patung tersebut tergeletak. Pada tahun 654, Arab menyerang Rhodes. Mereka memecah-belah puing-puing Colossus dan menjualnya pada bangsa Yahudi dari Siria. Konon puing-puing itu diangkut menggunakan 900 ekor onta. Walaupun sudah tidak berbekas, Colossus menginspirasi artis modern seperti pemahat Perancis, Auguste Bartholdi yang membuat patung Liberty yang terkenal.




Piramida Besar Cheops di Giza
Berbeda dengan pandangan umumnya, hanya Piramida Besar Cheops (Khufu) yang menjadi keajaiban dunia, bukan ketiga-tiganya di kompleks piramida di Giza. Piramida tersebut dibangun oleh Pharaoh dinasti IV yang bernama Khufu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi. Tradisi pembangunan piramida berawal dari pengembangan bangunan mastaba (platform) yang melapisi makam kekaisaran. Selanjutnya, penumpukan beberapa mastaba menjadi dasar pembangunan piramida, salah satunya piramida tingkat Raja Djoser di Saqqara, Mesir oleh arsitek terkenal, Imhotep.
Pembuatan Piramida Besar memakan waktu 20 tahun. Lokasi dipersiapkan, lalu blok batu diangkut dan ditempatkan. Pembungkus luar, yang lama kelamaan hilang terkikis, berguna untuk menghaluskan permukaan. Beberapa teori dikemukakan tentang bagaimana cara menempatkan blok-blok batu. Suatu teori menyatakan pembangunan jalur landai yang lurus maupun spiral selama pembuatan piramida. Jalur ini dilapisi lumpur dan air meringankan pemindahan blok - blok yang (mungkin) didorong atau ditarik sampai tempatnya. Teori lainnya menyebutkan penaruhan blok tersebut menggunakan pengungkit yang amat panjang dengan kaki bersudut sempit.
Sepanjang sejarah, piramida telah memancing imaginasi manusia. Selain pernah disebut "Lumbung Josef" dan "Bukit Firaun", piramida juga menjadi bagian sejarah ketika Napoleon menguasai Mesir tahun 1798. Napoleon mengatakan ""Soldats! Du haut de ces Pyramides, 40 siècles nous contemplent"(Prajurit! Dari puncak piramida-piramida ini, sejarah 40 abad sedang mengamati pertempuran kita).
Saat ini, lokasi Piramida Besar beserta piramida yang lain dan Sphinx menjadi daerah wisata dekat dataran tinggi Giza. Juga terdapat di daerah ini museum Kapal Matahari yang misterius, ditemukan tahun 1954 sebelah selatan piramida. Kapal tersebut dikatakan dipakai untuk membawa jasad Khufu menuju kediaman terakhirnya, dan dipercaya sebagai media transportasi menuju kehidupan setelah mati.

Jumat, 13 Februari 2009


Kuil Artemis di Efesus

Tugu pemujaan pertama bagi Artemis dibangun sekitar tahun 800 sebelum Masehi di daerah rawa sungai dekat Efesus. Kuil pertama bagi dewi kesuburan, alam dan perburuan, Artemis (disebut Diana oleh orang Romawi) terdiri dari sebagian batu keramat, kemungkinan meteorit. Kuil tersebut dihancurkan dan dibangun lagi beberapa kali sampai pada tahun 550 sebelum Masehi, seorang raja dari Lydia, Croesus menguasai Efesus dan beberapa kota Yunani di Asia Kecil. Pada penyerangan itu, kuil tersebut hancur.

Croesus membuktikan dirinya bijaksana dengan membiayai pembangunan kembali kuil tersebut. Ada beberapa versi yang menyatakan siapa sebenarnya arsitek perancang kuil tersebut. Satu sumber mengatakan arsitek kuil ini adalah Theodorus, yang lain mengatakan Chersiphron.

Kuil ini panjangnya 300 kaki (100 m) dan lebarnya 150 kaki (50 m) dengan luas 4 kali dari luas kuil sebelumnya. Sampai tahun 356 sebelum Masehi kuil ini menjadi kebanggaan Efesus. Di tahun tersebut, seorang pemuda Efesus bernama Herostratus membakar habis kuil karena ingin mencatatkan namanya di sejarah. Penduduk Efesus yang berang mengeluarkan dekrit agar siapapun yang menyebut nama Herostratus akan dihukum mati. (Hampir pasti bahwa hukuman bagi Herostratus lebih berat daripada 'sekedar' hukuman mati. Dipanggang, mungkin?)

Tidak lama kemudian, masih di lokasi rawa-rawa yang sama, penduduk Efesus kembali mengupayakan pembangunan kuil yang akan menjadi kuil terakhir yang pernah berdiri di Efesus. Arsitek kuil Artemis terakhir sekaligus terbesar ini adalah Scopas dari Paros. Fondasinya dibuat dari arang berlapis bulu domba yang membentang sepanjang 430 kaki (130 m) dan selebar 260 kaki (80 m). Kuil ini dibuat sepenuhnya dengan bahan dasar marmer. Sebanyak 127 pilar dibangun tegak lurus atas fondasinya dan 36 diantaranya dihiasi ukiran figur-figur dewa dan menjadi rumah bagi karya seni besar seperti empat patung perunggu wanita Amazon. Pliny, sejarawan Romawi mengatakan kuil ini dibangun selama 120 tahun tetapi para ahli menduga mungkin hanya separuhnya. Konon, Alexander Agung juga ikut membiayai pembangunan kuil tersebut.

Tahun 262 adalah tahun terakhir seseorang dapat melihat kuil ini secara utuh karena tahun itu orang-orang Gothik datang dan menghancurkannya. Penduduk Efesus bersumpah akan membangunnya kembali, tetapi pada awal abad keempat sebagian penduduknya telah menjadi Kristen dan mulai melupakannya. Akhirnya tahun 401, St. John Chrysostom meruntuhkan sisa-sisa kuil yang masih berdiri.


Lawang Sewu - Gedung Kuno yang Megah dan Kokoh

Sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan keberadaannya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Semarang sejak dulu adalah kota pelabuhan yang cukup ramai dan diperhitungkan sebagai salah satu tempat perdagangan antar pulau maupun negeri. Buktinya sampai saat ini masih memiliki banyak bangunan-bangunan bergaya arsitektur masa kolonial yaitu di kawasan Kota Lama Semarang seluas lebih 70 hektar yang diberi julukan “Oude Staad - Belanda Kecil”. Atau adanya situs klenteng Gedong Batu di Simongan, sebagaimana fakta sejarah mengatakan sebagai tempat singgah Laksamana Cheng Ho utusan Negeri Tiongkok saat berlabuh ke Jawa.

Sejak jaman pemerintahan penjajah Belanda Semarang sebagai kota besar salah satu buktinya sebuah perusahaan kereta api (trem) milik Belanda menempatkan kantor pusatnya. Kantor pusat Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau dikenal NIS ini menempati sebuah gedung megah bergaya art deco yang bercirikan ekslusif dan berkembang pada era 1850-1940 di benua Eropa. Bangunan ini salah satu karya dua arsitek Belanda ternama saat itu, yaitu: Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag. Gedung ini oleh warga Semarang lebih dikenal dengan sebutan Gedung Lawang Sewu. Mengapa bangunan tua tersebut oleh masyarakat Semarang dikenal dengan julukan Lawang Sewu ? Karena ciri khas bangunan megah yang merupakan sebuah perkantoran ini memiliki pintu atau ‘lawang’ dalam bahasa Jawa, sedang ’sewu’ artinya seribu sebagai arti kiasan dari banyak karena memang jumlah pintunya tidak atau seribu atau lebih. Atau arti dalam bahasa Indonesia adalah si “pintu seribu”, kira-kira ingin menunjukan bahwa gedung kantor pusat kereta api Belanda ini punya pintu banyak sekali.

Tidaklah sulit untuk mencapai lokasi gedung tua ini karena letaknya berdekatan dengan monumen Tugu Muda dan sebagai salah satu sudut kota Semarang. Bangunan monumental dan indah ini di desain mengikuti kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut yaitu dengan menara kembar model gotik di sisi kanan dan kiri pintu gerbang utama ini dan bangunan gedung memanjang ke belakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Gedung kuno ini menurut catatan sejarah dibangun pada tahun 1903, dan selesai atau diresmikan penggunaannya pada tanggal 1 Juli 1907. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan kompetai dan Kido Buati Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.



Kalender Yunani kuno berawal pada tahun 776 sebelum Masehi saat Olimpiade pertama dimulai. Kuil Zeus yang dirancang oleh arsitek bernama Libon sekitar tahun 450 sebelum Masehi bergaya Doris dianggap terlalu sederhana. Solusinya adalah patung yang megah, yang kemudian menjadi tugas pematung Atena, Pheidias.

Pheidias memulai membuat patung sekitar tahun 440 sebelum Masehi. Beberapa tahun sebelumnya ia menemukan teknik membuat patung dari gading dan emas. Ini dapat dilakukan dengan mendirikan bingkai kayu yang di atasnya dilapisi logam dan gading sebagai penutup luarnya. Bengkel kerja Pheidias di Olimpia masih ada sampai sekarang, tempat dimana ia menggurat dan mengukir bagian-bagian terpisah dari patung sebelum digabungkan di kuil.

Ketika patung selesai, besarnya hampir menyamai tinggi kuil, seakan raja para dewa tersebut dapat meruntuhkan atap kuil apabila berdiri. Dasar dari patung sekitar 20 kaki (6,5 m) lebarnya dan 3 kaki (1 m) tingginya. Tinggi patung itu 40 kaki (13 m) setara dengan bangunan modern 4 lantai. Patung ini sangat tinggi sampai para pengunjung lebih menerangkan mengenai singasananya daripada patungnya. Kaki dari singasananya dihiasi patung-patung sphinx dan dewa seperti Apollo, Artemis, dan putra-putri Niobe.

Selama bertahun-tahun, kuil itu menjadi pusat pengunjung dan pemuja dari seluruh dunia. Pada abad 2 sebelum Masehi, kaisar Caligula mencoba membawa patung ke Roma, tetapi menemui kegagalan karena bingkai penyangga yang dibuat pekerja kaisar runtuh. Setelah Olimpiade dilarang tahun 391 oleh kaisar Theodosius I sebagai praktek berhala, kuil Zeus diperintahkan ditutup. Kota Olimpia kemudian diperburuk oleh gempa bumi, tanah longsor dan banjir, dan pada abad ke-5, kuil terbakar. Sebelumnya, patung Zeus telah dipindahkan oleh konglomerat Yunani ke istana di Constantinople. Di sana patung itu bertahan sampai dihancurkan api tahun 462. Sekarang tak ada yang tersisa selain batu dan puing fondasi bangunan dan pilar yang roboh di lokasi bekas kuil.

Beberapa duplikat patung ini dibuat, salah satunya prototipe di Kirene (Libya). Hanya saat ini tak ada satupun yang selamat.

Kamis, 12 Februari 2009



STONEHENGE
Batu Tumit (The Heel Stone) pada suatu masa dikenal sebagai Friar's Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.
Seekor jembalang telah membawa batu ini dari wanita di Irlandia, membalutnya, dan membawanya ke dataran Salisbury. Salah satu dari batu tersebut jatuh ke dalam Sungai Avon, bakinya dibawa ke dataran. Jembalang tersebut kemudian menjerit, "Tak seorang pun akan tahu bagaimana batu ini di bawa ke sini." Seorang pendeta menjawab, "Itu yang kaupikirkan!" Dengan itu jembalang tersebut melontarkan batu kepadanya dan mengenai tumitnya. Batu tersebut tersebut melekat di tanah dan tetap di situ.
Sebagian pendapat mengklaim Tumit Friar ( "Friar's Heel" ) adalah perubahan nama "Freya's He-ol" atau "Freya Sul", dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan Welsh bagi "laluan" dan "hari matahari" menurut turutan.
Stonehenge dikaitkan dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata bahwa tukang sihir Merlin telah mengurus pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa batu-batu tersebut dari Afrika. Selepas ia didirikan kembali berdekatan Amesbury, Geoffrey menceritakan dengan lebih lanjut bagaimana Uther Pendragon, kemudian Konstantinus III, dikebumikan di dalam bulatan batu tersebut. Dalam karangannya Historia Regum Britanniae, Geoffrey mencampurkan legenda Inggris dan khayalannya pada banyak tempat; menarik bahwa dia mengaitkan Ambrosius Aurelianus dengan monumen prasejarah ini, melihatkan bagaimana terdapat bukti nama yang sama antara Ambrosius dengan Amesbury yang berdekatan.